Vaksin Hepatitis B
Assalamualaikum, Hai teman-teman J alhamdulilah vaksin hepatitis untuk
yang pertama pada mahasiswi tingkat 1 prodi DIII kebidanan purwokerto sudah
berjalan lancar J ada yang tau pentingnya vaksin hepatitis? Untuk vaksin
sendiri di laksanakan sebanyak 3 kali J silahkan ditunggu vaksin berikutnya
sobat J
Cekiidoottt J
Hepatitis B lebih sukar dikenali
karena penyakit tersebut pada umumnya tidak memperlihatkan gejala-gejala yang
jelas sampai anak berusia 6 tahun.
Pada anak-anak yang berusia 6 tahun ke atas, gejala penyakit hepatitis B antara lain:
1. demam
2. kelelahan
3. kehilangan nafsu makan
4. mual
5. muntah
6. nyeri perut
7. urin berwarna gelap
8. nyeri sendi
9. mata menguning dan kulit memucat
Untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A dan B, buah hati Ladies perlu mendapatkan imunisasi hepatitis. Imunisasi ini terbukti efektif untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis pada anak.
Tingkat keefektifannya mencapai hampir 100%. Imunisasi hepatitis dapat memberikan kekebalan tubuh hingga selama 20 hingga 30 tahun.
Pada anak-anak yang berusia 6 tahun ke atas, gejala penyakit hepatitis B antara lain:
1. demam
2. kelelahan
3. kehilangan nafsu makan
4. mual
5. muntah
6. nyeri perut
7. urin berwarna gelap
8. nyeri sendi
9. mata menguning dan kulit memucat
Untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A dan B, buah hati Ladies perlu mendapatkan imunisasi hepatitis. Imunisasi ini terbukti efektif untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis pada anak.
Tingkat keefektifannya mencapai hampir 100%. Imunisasi hepatitis dapat memberikan kekebalan tubuh hingga selama 20 hingga 30 tahun.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
“Virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus
dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350
juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana 75% berada di Asia dan
Pasifik Barat. Vaksinasi Hepatitis B yang efektif telah tersedia selama lebih
dari 20 tahun, tetapi transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada awal
kehidupan merupakan sumber penularan utama. Asia Tenggara merupakan daerah
endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih merupakan karier
Hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi dari 60-80%. Transmisi
vertikal merupaakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar 70
persen kasus hepatitis B virus dan menahun luput dari diagnosis. Akibatnya,
penyakit itu berisiko menjadi penyakit hati menahun dan tidak mendapatkan
pengobatan. Hepatitis B virus yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat
menjadi penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang
mengakibatkan tranplantasi hati dan kematian.
Virus
Hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk golongan Hepadnaviridae.
Genome virus ini mempunyai empat buah open reading frame: inti, kapsul,
polimerase, dan X. Gen inti mengkode protein nukleokapsid yang penting dalam
membungkus virus dan HBeAg. Gen permukaan mengkode protein pre-S1, pre-S2, dan
protein S. Gen X mengkode protein X yang berperan penting dalam proses
karsinogenesis.
Sampai
saat ini terdapat delapan genotipe virus Hepatitis B: genotype A, B, C, D, E,
F, G, H. Genotipe B dan C paling banyak ditemukan di asia. Selain transmisi
vartikal, virus Hepatitis B dapat ditransmisikan dengan efektif melalui cairan
tubuh, perkutan, dan melalui membran mukosa. Penularan yang lebih rendah dapat
terjadi melalui kontak dengan karier Hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap
pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat tindik, hubungan seksual,
dan inseminasi buatan. Selain itu penularan juga dapat terjadi melalui
transfusi darah dan donor organ. Hepatitis B dapat menular melalui pasien
dengan HBsAg yang negatif tetapi anti-HBc positif, karena adanya kemungkinan
DNA virus Hepatitis B yang bersirkulasi, yang dapat dideteksi dengan PCR
(10-20% kasus).Virus Hepatitis B 100 kali lebih infeksius pada pasien dengan
infeksi HIV dan 10 kali lebih infeksius pada pasien Hepatitis C. Adanya HBeAg
yang positif mengindikasikan risiko transmisi virus yang tinggi.
Manifestasi klinis Hepatitis B
Infeksi
virus Hepatitis B terdiri dari empat fase: imunotoleran, immune clearance,
fase non replikasi (karier inaktif), dan reaktivasi. Pasien yang sudah
terinfeksi sejak lahir biasanya mempunyai kadar DNA serum yang tinggi tanpa
manifestasi hepatitis aktif. Fase ini disebut fase imunotoleran. Fase immune
clearance ditandai dengan menurunnya kadar DNA, meningkatnya kadar ALT,
aktivitas histologi, dan lisis hepatosit. Fase non replikasi merupakan fase
dimana terjadi serokonversi HBeAg menjadi anti-HBe. Pada fase ini DNA virus
hanya dapat dideteksi dengan PCR, diikuti dengan normalisasi ALT, dan
berkurangnya nekroinflamasi. Pada fase reaktivasi, terjadi peningkatan DNA
virus yang tinggi dengan atau tan[a serokonversi HBeAg, disertai peningkatan
ALT. Mutasi pada precore dan inti menghambat produksi HBeAg.
- Hepatitis
B akut Masa
inkubasi dari beberapa minggu sampai 6 bulan, tergantung dari jumlah
replikasi virus. Hanya 30% pasien yang disertai ikterus. Infeksi akut
biasanya ditandai dengan serum sickness pada 10-20% kasus, dengan
demam, artralgia, artritis, dan kemerahan pada kulit. Ikterus akan hilang
dalam waktu 1-3 bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kelelahan kronik
meskipun kadar ALT telah kembali normal. Pada umumnya kadar ALT dan HBsAg
akan menurun dan hilang bersamaan; 80% kasus HBsAg hilang dalam 12 minggu
setelah sakit. Kadar aminotransferase yang tinggi mencapai 1000-2000 IU/l
sering terjadi, dimana ALT lebih tinggi daripada AST. Hepatitis fulminan
terjadi pada kurang dari 1% kasus, biasanya terjadi dalam waktu 4-8 minggu
setelah gejala, dan berhubungan dengan ensefalopati dan kegagalan
multiorgan. Mortalitas hepatitis B fulminan > 80%.
- Hepatitis
B kronik Gejala
yang paling sering adalah kelelahan, anoreksia, dan malaise. Kadang-kadang
juga disertai nyeri ringan pada abdomen kanan atas. Hepatitis B kronik
dapat tidak bergejala. Bila terdapat sirosis hati, reaktivasi infeksi
dapat disertai dengan ikterus dan gagal hati. Selain itu dapat pula
disertai manifestasi klinis ekstrahepatik.
HBsAg
muncul di serum 2-10 minggu setelah paparan virus dan sebelum muncul gejala,
atau peningkatan kadar aminotransferase serum. Hilangnya HBsAg setelah beberapa
minggu diikuti munculnya antibody anti-HBs. Anti-HBs dapat tidak terdeteksi
selama periode jendela selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan setelah
hilangnya HBsAg. Koeksistensi HBsAg dan anti HBs dapat terjadi pada 10-25%.
Antibodi
terhadap komponen inti (anti HBc) terdeteksi pada infeksi akut, kronik, maupun
eksaserbasi. Selama infeksi akut, IgM anti-HBc terdeteksi selama 4-6 bulan
setelah episode hepatitis akut dan jarang betahan sampai 2 tahun. Antigen e
Hepatitis B (HBeAg) ditemukan dalam serum selama infeksi akut. Reaktivitas
HBeAg biasanya hilang setelah enzim dalam serum mencapai kadar maksimal.
Tujuan
utama terapi Hepatitis B adalah untuk mencapai supresi DNA virus. Jenis terapi
yang diberikan dapat berupa imunomodulator berupa interferon alfa, maupun
analog nukleosida seperti lamivudin, entecavir, telbivudin, adefovir,
tenovovir).
Infeksi
virus Hepatitis B pada orang dewasa dengan sistem imun yang intak menyebabkan
infeksi akut, dengan 1-5% kasus menjadi kronik. Namun sebaliknya, 95% neonatus
yang terinfeksi akan menjadi Hepatitis B kronik. Pada orang dewasa, gagal hati
fulminan akibat Hepatitis B akut terjadi pada kurang dari 1% kasus. Survival
spontan pada gagal hati akut akibat Hepatitis B adalah sekitar 20%. Infeksi
Hepatitis B dikatakan kronik bila HBsAg dalam serum positif lebih dari 6 bulan.
Sekitar 1/4-1/3 pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik akan mengalami
penyakit hati yang progresif.
Infeksi
pada bayi 90% akan cenderung menjadi hepatitis B kronik, sedangkan infeksi pada
anak usia 1-5 tahun 30-50% akan menjadi kronik. Hepatitis B kronik dapat
menjadi sirosis hati dan hepatoma. Dua puluh lima persen pasien dengan
hepatitis B kronik akan meninggal akibat sirosis hati maupun hepatoma.
Patogenesis Hepatitis B dan Perkembangan Vaksin
Patogenesis
infeksi virus Hepatitis B merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan
respon imun humoral dan seluler. Virus bereplikasi di dalam hepatosit. Virus
Hepatitis B tidak bersifat sitopatik, dimana yang membuat kerusakan sel hati
dan manifestasi klinis bukan disebabkan oleh virus yang menyerang hepatosit,
tetapi oleh karena respon imun yang dihasilkan oleh tubuh. Respon antibodi
terhadap antigen permukaan berperan dalam eliminasi virus. Respon sel T
terhadap selubung, nukleokapsid, dan antigen polimerase berperan dalam
eliminasi sel yang terinfeksi. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi
kronik berhubungan dengan respon sel T yang lemah. Penemuan DNA virus di
ekstrahepatik menjelaskan tingginya tingkat transmisi virus dari organ donor
yang mengandung anti-HBc yang positif.
Imunogenisistas
vaksin Hepatitis B dapat ditingkatkan dengan menggunakan ajuvan yang lebih
poten. Vaksin HBVsAg/AS04 mengandung 3’-deacylated monophosphoryl lipid
A (MPL) dan ajuvan MF59 mengandung antigen permukaan dan pre-S2. Keduanya
mempunyai efek yang lebih baik. Penggunaan granulocyte colony stimulating
factor juga dapat meningkatkan antibodi anti-HBs. Imunisasi menggunakan HBV
DNA encoding untuk antigen permukaan Hepatitis B dan nukleoprotein
menarik untuk diteliti sebagai profilaksis maupun untuk terapi. Vaksin yang
berbasis DNA ini menghasilkan imunitas humoral dan seluler, juga respon sel
CD4+ dan CD 8+.
Pencegahan
- Pencegahan
infeksi virus Hepatitis B dapat dilakukan melalui non imunisasi dan
imunisasi. Pencegahan non imunisasi dapat dilakukan dengan cara,
menghindari kontak dengan darah maupun cairan tubuh pasien yang terinfeksi
virus Hepatitis B, tidak menggunakan jarum suntik dan alat kedokteran yang
tidak steril, menghindari hubungan seksual yang tidak aman, dan cara-cara
pencegahan umum lainnya.
- Imunisasi
Hepatitis B terdiri dari dua bentuk, imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
Imunisasi Pasif
Imunitas
pasif yang didapat melalui anti-HBs dapat melindungi individu dari infeksi
Hepatitis B akut dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan
menggunakan imunoglobulin yang mengandung titer anti-HBs yang tinggi.
Profilaksis pasca paparan diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
Hepatitis B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah yang terinfeksi
virus Hepatitis B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif.
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari
infeksi Hepatitis B rekuren setelah transplantasi hati. Efektivitas
imunoglobulin Hepatitis B adalah 75% untuk mencegah Hepatitis B yang
bermanifestasi klinis atau keadaan karier bila digunakan segera setelah
paparan. Proteksi yang dihasilkan oleh HBIG hanya bertahan selama beberapa
bulan.
Salah
satu penggunaan utama HBIG adalah sebagai ajuvan vaksin Hepatitis B dalam
mencegah transmisi Hepatitis B perinatal. Data penelitian menyebutkan bahwa
terapi kombinasi HBIG dan vaksin Hepatitis B dapat meningkatkan efektivitas
pencegahan infeksi perinatal sebesar 85-95% dan memberikan efek proteksi jangka
panjang.
Imunoglobulin
Hepatitis B juga diindikasikan untuk profilaksis pasca paparan jarum suntik
atau luka kulit lainnya, yang terpapar dengan cairan tubuh pasien dengan
ininfeksi virus Hepatitis B. Profilaksis vaksin Hepatitis B sebelum paparan
mengurangi kebutuhan terhadap HBIG. Sebuah studi menyatakan bahwa bila tidak
diterapi, 30% individu yang tertusuk jarum yang terinfeksi virus Hepatitis B
akan mengalami infeksi klinis dan penggunaan HBIG mempunyai efektivitas 75%
dalam mencegah penyakit yang bermanifestasi klinis. Efikasi HBIG dalam
pencegahan Hepatitis B klinis dan Hepatitis B kronik adalah 75% bula diberikan
dalam waktu 7 hari setelah paparan.
Imunisasi Aktif
Vaksin
Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan sejak tahun
1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg ayng dimurnikan. Vaksin dapat
diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik
(plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan plasmid yang mengandung
gen S virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau
sel mamalia. Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang
berkumpul menjadi partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut
mengalami inaktivasi, dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium
hidroksida, dan diawetkan dengan thimerosal.
Contoh
produk vaksin Hepatitis B yang beredar di pasaran adalah Recombivax HB (Merck)
dan Engerix-B (Glaxo Smith Kline). Kedua vaksin tersebut mempunyai efektivitas
yang serupa. Vaksin tersebut termasuk vaksin DNA rekombinan, dimana vaksin
menginduksi sel T yang spesifik terhadap HBsAg dan sel B yang dependen terhadap
sel T untuk menghasilkan antibodi anti-HBs secepatnya 2 minggu setelah vaksin
dosis pertama.
Sebagian
pabrik vaksin memproduksi vaksin kombinasi yang mengandung komponen Hepatitis
B. Vaksin kombinasi yang sudah ada diantaranya adalah: difteri, tetanus,
pertusis – Hepatitis B (DTP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler –
Hepatitis B (DTaP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B – Haemophilus
influenza tipe b (DTaP-Hep B-Hib); dan difteri, tetanus, difteri aseluler –
Hepatitis B – Haemophilus influenza tipe b – polio inaktif (DTaP-Hep
B-Hib-IPV). Selain itu juga terdapan kombinasi vaksin Hepatitis B dengan
Hepatitis A. Tidak ada peningkatan efek samping maupun interverensi antara
pemberian vaksin Hepatitis B dengan vaksin lain.
Vaksin
Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin yang mengalami pembekuan
akan mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin Hepatitis B tersmasuk vaksin yang
termostabil. Pemanasan pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC
selama 1 bulan tidak mengubah imunogenisitas dan reaktivitas vaksin.
Pemberian Imunisasi dan Dosis
Vaksin
Hepatitis B harus diberikan secara intramuskular di otot deltoid pada orang
dewasa. Pada orang dewasa, imunogenisitas vaksin akan berkurang bila vaksin
disuntikkan pada gluteus. Panjang jarum yang digunakan sebaikya 1-1,5 inci
untuk memastikan vaksin masuk ke jaringan otot.
Penyuntikan
vaksin secara intradermal tidak dianjurkan karena imunogenisitas pada usia muda
lebih rendah, respons antibodi yang tidak konsisten pada orang tua, kurangnya
pengalaman tenaga kesehatan dalam melakukan suntikan intradermal, dan kurangnya
data tentang efektivitas jangka panjang.
Vaksin
Hepatitis B diberikan dalam 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Dua dosis
pertama merupakan dosis yang penting untuk membentuk antibodi. Dosis ketiga
diberikan untuk mencapai kadar antibodi anti-HBs yang tinggi.
Rekomendasi Dosis Vaksin Hepatitis B
Keadaan
|
Recombivax HB
(10 µg/ml)
|
Engerix B
(20 µg/ml)
|
Bayi*
dan anak < 11 tahun
|
2,5 µg/ml
|
10 µg/ml
|
Anak
/ remaja (11-19 tahun)
|
5 µg/ml
|
20 µg/ml
|
Dewasa
(> 20 tahun)
|
10 µg/ml
|
20 µg/ml
|
|
REKOMENDASI JADWAL IMUNISASI HEPATITIS B
- Imunisasi
Hepatitis B diberikan pada semua anak usia 0 – 18 tahun.
- Imunisasi
Hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali (dosis) pemberian. Dosis pertama
diberikan pada bayi baru lahir (newborns) menggunakan vaksin monovalen
(vaksin antigen tunggal) sebelum pulang dari rumah sakit. Dosis kedua
diberikan saat bayi berusia 1 – 2 bulan. Dan dosis ketiga diberikan pada
usia 6 – 18 bulan (pemberian dosis terakhir/dosis final tidak boleh
kurang dari usia 24 minggu). Setelah pemberian dosis pertama pada bayi
baru lahir, dosis hepatitis B dapat dilengkapi dengan vaksin antigen
tunggal hingga 3 dosis pemberian. Apabila menggunakan vaksin Comvax atau
Pediarix, dapat diberikan hingga 4 dosis pemberian.
- Imunisasi
Hepatitis B sampai 4 kali pemberian dimungkinkan apabila pada saat lahir
diberikan vaksin kombinasi yang mengandung Hepatitis B.
- Bayi
yang tidak mendapat imunisasi Hepatitis B saat lahir, sebaiknya
mendapatkan imunisasi Hepatitis B pada usia 0, 1 dan 6 bulan (3 kali
pemberian).
- Jika
Ibu HBsAg-Positif : Bayi
diberikan HBIG (Imunoglobulin Hepatitis B) dan Imunisasi Hepatitis B dosis
pertama sebelum usia bai 12 jam. Selanjutnya Imunisasi Hepatitis B
dilengkapi hingga 3 kali pemberian.
- Jika
status HBsAg Ibu tidak diketahui : Bayi diberikan imunisasi Hepatitis B sebelum berusia 12
jam. Jika bayi lahir dengan berat badan rendah (berat badan kurang dari
2000 gram) juga diberikan HBIG sebelum usia 12 jam. Jika dikemudian hari
ibu diketahui HBsAg-Positif, diberikan HBIG sesegera mungkin dan dalam
usia 7 hari, dan ikuti jadwal imunisasi Hepatitis B bayi yang lahir dari
ibu HBsAg-positif.
JADWAL CATCH-UP IMUNISASI HEPATITIS B
Jika
bayi atau anak tidak melengkapi imunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan :
- Imunisasi
tidak perlu diulang dari dosis awal, tidak masalah seberapa lama dosis
terakhir diberikan.
- Imunisasi
Hepatitis B sebanyak 3 dosis serial dapat dimulai pada usia kapan saja.
- Interval
pemberian imunisasi minimum antar dosis : 4 minggu antara dosis pertama
dan kedua, 8 minggu antara dosis ke dua dan ketiga, dan minimal 16 minggu
antara dosis 1 dan ketiga (contoh pemberian : 0, 2, 4 bulan; atau 0, 1, 4
bulan).
KONTRAINDIKASI
- Reaksi
anafilaksis terhadap vaksin hepatitis B atau salah satu komponen vaksin
hepatitis B.
- Hati-hati
pemberian pada anak yang sedang sakit sedang-berat.
- Sakit
Ringan bukan kontraindikasi imunisasi hepatitis B.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
- Intra
Muskular (IM, didalam otot), 0,5 ml.
Rekomendasi Profilaksis Hepatitis B Setelah Paparan Perkutan
Status imun pasien yang terpapar
|
Rekomendasi bila sumber HBsAg (+)
|
Rekomendasi bila sumber HBsAg (-)
|
Rekomendasi bila status HBsAg sumber tidak
diketahui
|
Belum
divaksinasiSebelumnya sudah vaksinasi
|
HBIG
0,06 mg/kg + vaksin Hepatitis BTerapi (-) atau pertimbangkan booster2
x HBIG atau1 x HBIG + vaksinasi Hepatitis BTes anti-HBs
individu yang terpapar
|
Inisiasi
vaksin Hepatitis BTerapi (-)Terapi (-)Terapi (-)Terapi (-)
|
Inisiasi
vaksin Hepatitis BTerapi (-)Bila sumber risiko
tinggi: terapi seolah-olah HBsAg (+)Tes anti-HBs individu yang
terpapar
|
Efektivitas Vaksin
Pemberian
3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi respon antibodi
protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia kurang dari 40 tahun.
Setelah berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah 90%, dan saat berusia 60
tahun hanya 65-76% vaksin yang mempunyai efek proteksi terhadap infeksi virus
Hepatitis B. Meskipun faktor pejamu lainnya seperti merokok, obesitas, infeksi
HIV, dan penyakit kronik menyebabkan imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi
usia merupakan factor determinan terpenting.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Vaksin
Hepatitis B merupakan vaksin yang termasuk aman. Efek yang ditimbulkan berupa
nyeri di tempat injeksi, demam, reaksi anafilaksis, dan Sindrom Guillan-Barre.
Reaksi alergi terhadap komponen vaksin termasuk thimerosal merupakan
kontraindikasi pemberian vaksin.
Daftar Pustaka
- Mahoney
FJ, Kane M. Hepatitis B vaccine. Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA. Vaccine.
Edisi 3. Philadelphia: WB Saunders; 1999. p. 158-77.
- Dienstag
JL, Isselbacher KJ. Acute viral hepatitis. Dalam: Kasper DL, Braunwald E,
Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s principles of
internal medicine. Edisi 16. New York: McGraw-Hill; 2005. p. 1822-38.
- Banatvala
J, Damme PV, Oehen S. Lifelong protection against hepatitis B: the role of
vaccine immunogenicity in immune memory. Vaccine 2001;19:877-85.
- Chen
DS. Hepatitis B vaccination: the key towards elimination and eradication
of hepatitis B. J Hepatol 2009;50:805-16.
- Keating
GM, Noble S. Recombinant hepatitis B vaccine (engerix-B): a review of its
immunogenicity and protective efficacy against hepatitis B. Drugs
2003;63(10):1021-51.
- West
DJ, Calandra GB. Vaccine induced immunologic memory for hepatitis B
surface antigen: implications for policy on booster vaccination. Review.
Vaccine 1996;14(11):1019-27.
- http://growupclinic.com/artikel-terfavorit/ diakses pada tanggal 7 Mei 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar